Sabtu, 30 Januari 2010

metode perhitungan cadangan

PERHITUNGAN CADANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KRIGGING




Oleh
KELOMPOK V
1. ISMAIL ASRI
2. JUMAHIR BADRUN
3. MUNAWAR ADJDIN
4. RUSNA LANURDIN
5. SYAHJUANTO FATARUBA
6. NURHIKMAH


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALUKU UTARA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
TERNATE
2009
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah dan kalimat yang paling sempurna melainkan puja dan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kita rahmat dan karunia-Nya terutama rahmat Iman, Islam, kesehatan, dan kesempurnaan sehingga penulis dapat menyusun makalah ini sesuai dengan kemampuan penyusun yang berjudul ”METODE PERHITUNGAN CADANGAN PADA METODE KRIGGING”.

Penyusun menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki semaksimal mungkin dengan harapan semoga dapat berguna kelak dikemudian hari terutama bagi semua rekan-rekan akademis.

Segala usaha penyusun tidak lepas dari berbagai pihak yan telah membantu, baik moral maupun materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin ucapkan banyak terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada “ Dosen Mata Kuliah”

Akhirul kalam, penyusun menyadari bahwa hakekat sebagai manusia biasa membuat penyusun yakin dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan baik itu dari segi penulisan, sistematika penyusunan makalah ataupun sumber-sumber makalah yang didapat oleh karenanya dengan segala kerendahan hati penyusun berharap agar saran ataupun kritik mengenai makalah ini selalu ada sebagai sarana pembelajaran guna demi kemajuan dan kepentingan bersama tentunya.


Ternate,1 Juni 2009


Penyusun

ABSTRAK

Istilah kriging diambil dari nama seorang ahli, yaitu D.G. Krige, yang pertama kali menggunakan korelasi spasial dan estimator yang tidak bias. Istilah kriging diperkenalkan oleh G. Matheron untuk menonjolkan metode khusus dalam moving average terbobot (weighted moving average) yang meminimalkan varians dari hasil estimasi. Jadi metode kriging Kriging sebagai metode interpolasi membutuhkan proses inversi matriks korelasi antar sample. Secara empiris, observasi yang berada jauh dari titik interpolasi cenderung memiliki bobot nol atau negative (screen effect).
Metode kriging menghasilkan estimator tidak bias terbaik (the best unbiased estimator, BLUE) dari variabel yang ingin diketahui nilainya. Sampel data dalam geosains biasanya diambil di tempat yang tidak beraturan. Komputer akan bekerja hanya dengan data digital yang teratur (misal kalau akan menggambar konturnya). Untuk itu perlu dibuat jejala (grid) yang teratur, dimana sampel data harus ditempatkan untuk bisa diproses oleh komputer.
Masalahnya adalah bagaimana memperkirakan (mengestimasikan) sampel data pada titik-titik grid yang ada dari data sampel yang tersebar secara tidak teratur. Banyak cara untuk mengestimasi nilai data di titik grid tersebut, yang pada umumnya menggunakan korelasi spasial, antara lain adalah kriging. Bila di semua titik telah diestimasi nilai datanya (teratur), berarti data untuk automatic contouring dengan computer sudah siap pakai.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Batasan masalah
1.4 Tujuan Penulisan
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Metode Krigging
2.2. Paragenesis Pembentukan Batubara
2.3. Genesa Endapan Batubara

BAB III. PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Cadangan (reserves) adalah bagian dari sumber daya terindentifikasi dari suatu komoditas mineral ekonomi yang dapat diperoleh dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum atau kebijakan. Cadangan merupakan bagian dari sumber daya yang berdasarkan kelayakan ekonomi dan ditinjau dari berbagai aspek, bahan galian tersebut dapat ditambang. Aspek yang menentukan kelayakan suatu bahan tambang adalah ekonomi, teknologi, (penambangan dan pengolahan) pemasaran, lingkungan, social, peratutan perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah. Adapun cadangan (reserves) dikelompokkan menjadi kategori yaitu :

Klasifikasi cadangan (reserves) yaitu :
1, Cadangan hipotetik adalah cadngan suatu bahan galian yang bersifat deduktif / dugaan dari kemungkinan factor-faktor geologi yang mengontrolnya atau dugaan dari hasil penyelidikan awal. Tingkat keyakinan cadangan sebesar (10-15)% dari total cadangan yang diduga.
2. Cadangan tereka adalah cadangan suatu bahan galian yang perhitungannya didasarkan atas tinjau lapangan dengan tingkat keyakinan cadangan (20-30) % dari total cadangan yang ada.
3. Cadangan terindikasi adalah suatu bahan galian yang perhitungannya didasarkan atas penilitian lapangan dan hasil analisa laboratorium dengan tingkat keyakinan cadangan (50-60) % dari total cadangan terindikasi.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun dalam pembuatan makalah dikemukakan beberapa masalah yang dihadapi dalam menghitung jumlah cadangan batu bara dengan menggunkan metode krigging antara lain:
1. bagaimana rumus metode krigging ?
2. bagaimana cara menggunakan metode krigging pada batu bara?
1.3 Batasan masalah
Dalam penyusunan makalah ini hanya dibatasi pada penggunaan metode krigging, genesa batu bara, dan paragenesis batubara
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu mengindentifikasi serta dapan menggunakan metode-metode perhitungan cadangan yang cocok untuk masing-masing tipe endapan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 pengertian Metode Krigging
Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau simulasi dari suatu variabel terregional (regionalized variable) yang memakai pendekatan bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai suatu realisasi dari suatu variabel acak (random variable), dan keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut akan membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural variogram atau kovariogram (Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi, 1998).

Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling bagus untuk mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians estimasi minimum ’ BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). (Dr. Ir. Totok Darijanto, 2003). Kriging diambil dari nama seorang pakar geostatistik dari Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang telah banyak memikirkan hal tersebut sejak tahun 50an.

Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model variogramnya.

Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks untuk suatu komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada penentuan cadangan-cadangan yang mineable dengan kadar-kadar di atas cut off grade.

Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram. Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok serta model variogramnya.

Nilai estimasi (1) dan variabel estimasi kriging (2) yang ditentukan dengan metoda geostatistik untuk suatu variabel terregional disetiap support V adalah sebagai berikut (Gambar 1) ;
a). Blok Teratur

b). Blok Tidak Teratur

Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu kompleks untuk suatu komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat jika dilakukan pada penentuan cadangan-cadangan yang mineable dengan kadar-kadar di atas cut off grade.

Sebagai conto hubungan antara analisa conto dengan harga analisa blok bijih (harga sebenarnya) yang terpencar membentuk elips (Gambar. 3) kemudian tarik garis regsresi melalui titik 0 dan titik (},~), selanjutnya bagi elips tersebut dengan cut off grade zc = Zc = 5 % menjadi empat bagian.

Gbr. 3.
Pencaran data antara kadar conto vs. kadar blok yang memperlihatkankesalahanPenambangan


Daerah 1 : Semua blok dengan kadar > cog yang sesuai dengan kadar conto > cog
ditambang
Daerah 2 : Semua blok dengan kadar < cog yang sesuai dengan kadar conto < cog
ditambang
Daerah 3 : Semua blok dengan kadar < cog yang sesuai dengan kadar conto > cog
ditambang

Daerah 4 : Semua blok dengan kadar > cog yang sesuai dengan kadar conto < cog ditambang

Jika garis regresi B-B yang menunjukkan hubungan antara conto dan kadar blok diplot, maka blok-blok dengan kadar 5% juga akan ditambang walaupun kadar conto kadar 3,5% (Gambar.3). Daerah 4 pada Gambar 1 yang baik tertambang karena kesalahan informasi menjadi kecil, sementara itu daerah 3 yang ditambang walaupun berkadar rendah menjadi lebih besar,
walaupun demikian secara keseluruhan daerah dengan blok-blok yang mempunyai kadar > cut off grade (5%) dan ditambang menjadi lebih besar.
Berdasarkan analisis variogram, Matheron memberikan koreksi perkiraan kadar pada suatu blok yang tidak hanya dipengaruhi oleh conto di dalam blok saja, tetapi juga pada conto-conto disekitarnya.

Melalui koreksi ini bentuk elips akan lebih kurus/sempit dengan batas-batasnya mendeteksi garis regresi yang membentuk sudut 450. Jumlah conto dan pasangan bloknya pada daerah 3 dan daerah 4 yang menyatakan kadar rendah ditambang atau kadar tinggi tidak ditambang akan berkurang.


2.2. Paragenesis Pembentukan Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batubara dari perioda ini.
2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan waktu, batubara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.
1. Antrasit adalah kelas batubara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
2. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya. Kelas batubara yang paling banyak ditambang di Australia.
3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
4. Lignit atau batubara coklat adalah batubara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.
5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.

2.3. Genesa Endapan Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).

Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period)-dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing --masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan


Metode kriging menghasilkan estimator tidak bias terbaik (the best unbiased estimator, BLUE) dari variabel yang ingin diketahui nilainya. Sampel data dalam geosains biasanya diambil di tempat yang tidak beraturan. Komputer akan bekerja hanya dengan data digital yang teratur (misal kalau akan menggambar konturnya). Untuk itu perlu dibuat jejala (grid) yang teratur, dimana sampel data harus ditempatkan untuk bisa diproses oleh komputer.
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).

3.2. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka kami , menyarankan agar untuk menghitung pembobotan kadar dalam menggunakan metode krigging.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar